Buya Husein Minta Pemerintah Usut Tuntas Kasus Penyerangan

LPM LATAR, CIREBON- Aksi penyerangan terhadap beberapa tokoh agama seperti kasus penganiayaan terhadap Pengasuh Pondok Pesantren Al Hidayah, Cicalengka, Kabupaten Bandung, KH. Umar Basri atau Mama Santing di Bandung pada Sabtu , (27/1/2018) dan aksi penyerangan berlanjut terhadap Romo Prier terjadi di Gereja Santa Lidwina Stasi Bedog Paroki Kumetiran, Sleman, Minggu, (11/2/2018). Kini mendapat kecaman dari beberapa tokoh-tokoh agama yang berada di Cirebon.

“Dari pandangan apapun, dari kaca mata apapun, agama apapun, etika kemanusiaan apapun adalah sesuatu (kasus) itu yang melanggar kemanusian, melanggar hak-hak asasi manusia,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, sekaligus pendiri Yayasan Fahmina, Husein Muhammad ketika menanggapi kasus intoleransi Ketika di temui di kantor yayasan Fahmina, Kamis (15/2).

Ia menilai, dalam konteks Indonesia itu bertentangan dengan konstitusi dan perundang-undangan yang ada. Terutama secara eksplisit disebutkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) setiap orang berhak untuk menganut agama dan keyakinannya.

“Dan negara berkewajiban menjamin hak-hak asasi manusia,” Buya Husein, panggilan akrabnya.

Agar kasus intoleransi itu tidak terulang kembali, Buya Husein meminta pemerintah dan aparat keamanan wajib bertugas menjaga dan melakukan proses antisipasi terhadap kemungkinan terjadi penyerangan, terutama pada tokoh masyarakat.

“Apabila terulang kembali, maka harus di proses dengan hukum yang semestinya,” tegasnya.

Kejadian kasus intoleransi itu, menurutnya, harus diusut secara hukum, karena kasus itu sangat melawan kemanusiaan. Untuk itu, Buta Husein meminta dan mendesak negara untuk menjaga atau melindungi setiap warganya tanpa melihat latar belakangnya.

Terkait isu yang berkembang bahwa para tokoh-tokoh agama ingin diberikan pengawal khusus, Buya Husein menilai, hal itu justru merupakan cara yang tidak baik, pengawal terhadap para tokoh-tokoh merupakan cara yang tidak ideal. Pasalnya, kiai di Indonesia sangat banyak, sehingga sangat merepotkan.

“Kita juga tidak bisa menyangka di mana penyerangan itu akan dilakukan, mungkin di desa atau di mana-mana,” tuturnya.

Apalagi menjelang pesta demokrasi Buya juga meyakini, sangat besar kemungkinan kejadian itu berlatar belakang politik karena sekarang sedang musim-musim Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

“Jadi (calon kepala daerah) mempunyai seluruh keinginan untuk menjatuhkan lawanya dan memenangkan dirinya. Bahkan penyerang membuat kita takut,” pungkasnya. (Arul)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *