Islam dan Toleransi

Judul buku      : Toleransi Islam (Hidup Damai dalam Masyarakat Plural)
Penulis             : KH. Husein Muhammad
Bab I                 : (Islam dan Toleransi)
Oleh                  : Fachrul Misbahudin

“Prinsip kasih sayang yang bersemayam di lubuk hati setiap agama, kepercayaan, etika kemanusiaan, dan tradisi spritual mengimbau kita untuk selalu memperlakukan orng lain sebagaimana kita sendiri ingin diperlakukan”

Islam adalah agama yang diturunkan Tuhan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Pesan kerahmatan (baca: kasih sayang) dalam Islam benar-benar tersebar  dalam teks-teks Islam baik al-Qur’an mapun hadis. Kata rahmah, rahman, rahim yang berarti welas asih, dan derivasinya disebut berulang-ulang dalam jumlah yang begitu besar, lebih dari 90 ayat. Nabi Saw mengatakan “sayangilah siapa saja yang ada di muka bumi, niscaya Tuhan menyayangimu”. 

Al-Qur’an, sumber lslam paling otoritas menyebut misi kerahmatan ini Wama arsalnaka illa rahmatan li al ‘alamin (aku mengutusmu [Muhammad] kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta). Ibnu al-Manzhur ahli bahasa terkemuka, mengatakan bahwa kata “rahmat” mengandung makna kepekaan hati (Riqqah al-Qalb), kelembutan hati (at-Ta’athuf) dan mudah memberi maaf (al-Maghfirah)

Al-Qur’an juga menegaskan “rahmati wa si’at kulla syai’iin” (rahmat Tuhan meliputi segala sesuatau (QS. Al-Araf  [7]: 156).

Para ahli tafsir sepakat bahwa rahmat Allah mencakup orang-orang mukmin dan orang-orang kafir, orang baik (al-birr) dan yang jahat (al-fajir) serta semua makhluk Allah. Ibnu Abbas, ahli tafsi awal, mengatakan bahwa kerahmatan Allah meliputi orang-orang mukmin dan orang-orang kafir.

Fungsi kerahmatan semesta ini dielaborasi oleh Nabi Muhammad Saw melalui pernyataan, aku diutus Tuhan hanya untuk menyempurnakan akhlak yang luhur. Akhlak luhur adalah moral dan nilai-nilai kemanusiaan universal, seperti kejujuran, keadilan, keikhlasan, menghormati, menyayangi orang lain, rendah hati dan saling menolong.

Kerahmatan Islam juga berarti menghormati orang lain, termasuk yang berbeda agama, bukan hanya ketika dia masih hidup, bahkan juga ketika sudah mati. Sahl bin Hanif dan Qais bin Sa’ad, dua sahabat Nabi, mengatakan, suatu saat ada jenazah melewati Nabi. Beliau tiba-tiba saja berdiri. Nabi diingatkan bahwa jenazah tersebut adalah seorang Yahudi. Alaisat nafsan (bukankah ia adalah manusia), jawab Nabi.

Toleransi

Toleransi (at-Tasamuh) mengandung makna suatu sikap mental dan cara bertindak yang tidak memaksakan kehendak terhadap orang yang tidak sejalan dengan keyakinan dan pemikiran dirinya. Dalam taraf yang lebih tinggi, toleransi adalah sikap menghargai dan menyambut dengan hangat, meskipun berbeda dengan dirinya. Sikap Islam dalam hal ini adalah jelas, agamamu adalah agamamu, agamaku adalah agamaku.

Pengakuan atas toleransi sesungguhnya adalah sikap mengakui fakta dan realitas akan eksistensi agama-agama yang dipeluk oleh umat manusia yang berbeda-beda dan harus dihormati. Pengakuan atas toleransi hanya berarti memberikan penghargaan kepada pemeluk agama untuk menjalankan keyakinannya masing-masing.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *