Keikhlasan Seorang Ayah

(Sumber Foto : Ndie)

Oleh : Aniyah el-Nani

Di sudut kota yang penuh dengan ke ramaian hiduplah sepasang suami istri dan kedua anaknya yang masih kecil. Mereka adalah Irwan, Sekar, anak pertama yang bernama Davit berumur 7 tahun baru masuk ke Sekolah Dasar (SD), dan anak kedua yang bernama Putri baru berumur 5 bulan.

Suami Sekar adalah seorang karyawan di perusahaan sepatu, sedangkan Sekar sendiri sibuk mengurus anak-anaknya yang masih kecil. Setiap hari Sekar dibantu ibu mertua,  sebisa mungkin harus bisa membagi waktu buat suami dan anaknya. Supaya tidak lepas dari tanggung jawabnya sebagai seorang istri. Kesibukan Sekar sendiri yaitu menghantarkan anak yang pertama ke sekolah, meyiapkan keperluan suami, belum lagi mengurus buah hatinya yang masih bayi.

Irwan sosok suami sekaligus ayah yang baik buat keluarga, hadirnya dua malaikat kecil yang menghiasi hari-hari mereka menjadikan keluarga semakin bahagia.

Suatu hari, Irwan mendapat tugas keluar kota. Awalnya Irwan sangat sedih dan tidak tega harus meninggalkan istri dan anaknya, mengingat istrinya beberapa bulan yang lalu baru melahirkan. Tapi harus gimana lagi ini urusan pekerjaan Irwan tidak bisa menolak.

Ketika malam tiba, Irwan mendekati Sekar yang sedang menemani kedua buah hatinya. Dalam hati sebenarnya Irwan bingung, “Ah rasanya tidak enak  gimana yah izin sama Sekar” dengan hati terpaksa Irwan mencoba bicara dengan Sekar.

Suami : “Ibu”

Istri : “Iya Ayah”

Suami : “Ayah mau ngomong sama ibu”

Istri : “Ayah ko kayaknya sedih emang kenapa ayah ?  ada apa yah, ayo ngmong sama ibu”

Suami : “Gini bu, ayah dapat tugas dari pak manajer untuk menyelesaikan tugas ke luar negeri selama 2 Minggu, ayah kepikiran sama ibu, Davit dan Putri (dengan nada sedih)”

Istri : “Oh ya sudah engga apa-apa ayah, Insya Allah ibu bisa jaga diri. Toh kan ada ibu mertua yang nemenin, ayah jangan khawatir yah”.

Suami : “Ibu janji sama ayah jaga diri baik-baik, jaga Davit, Putri dan mama (ibu mertua).

Istri : “Iya sayang, ibu janji (dengan nada manja sambil menatap Irwan dengan penuh cinta).

Tepatnya pada hari Sabtu, 22 September 2018, Irwan siap-siap mau pergi ke bandara, sudah di bawanya koper dan lain sebagainya. Berat memang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang masih sangat kecil. Namun semua yang Irwan lakukan semata-semata buat menafkahi keluarga. Tiga hari sudah Irwan berada di luar negeri, Ia sangat merindukan keluarganya.

Karena sudah tiga hari tidak berada di rumah tiba-tiba Davit menanyakan sang ayah pada ibunya.

Davit : “Bu, ayah kemana ya ? (sambil menatap ibunya yang sedang duduk). Ko akhir-akhir ini jarang pulang kerumah ?.

Ibu : “Iya sayang (sambil mengusap-usap kepalanya) ayah sedang mencari uang, bentar lagi juga pulang. Davit yang sabar yah, doain ayah, supaya ayah di sana baik-baik saja dan  cepat pulang.

Davit : “Iya bu, Davit kangen sama ayah bu (sambil meluk ibunya).

Setiap hari, setiap waktu Sekar selalu mengajarkan kebaikan pada anak-anaknya. Tutur bahasanya yang halus, sopan dan santun menurun ke Davit anak pertamanya. Davit anak yang nurut tidak pernah membantah nasehat ibu dan ayahnya.

Satu  Minggu sudah Irwan berada di luar negeri. Tiba-tiba Irwan mendapat kabar bahwa tempat tinggalnya terkena gempa yang berkekuatan 7,4 Skala Richter (SR). Bagai tersambar petir, tubuhnya tiba-tiba terasa dingin, perasaan seketika hancur, air mata pun tak terasa membasahi pipi. Irwan langsung menelepon istrinya, namun tak ada jawaban sama sekali. Irwan pun langsung bergegas  pulang.

Satu hari setelah gempa, Irwan baru bisa sampai di tempat tinggalnya. Kemudian  langsung bergegas menuju rumah. Ia memiliki keyakinan jika istri, mama dan kedua anaknya selamat.

Setiba di rumah, rumahnya mengalami kerusakan hingga 100 persen. Tak ada satupun dari rumah tersebut yang masih selamat dan berdiri tegak, semua runtuh akibat gempa. Tanah di sekitar rumah seakan amblas dan aspal-aspal tebal terangkat ke atas, posisinya terlipat-lipat. Perasaan Irwan hancur, Ia menangis melihat rumah yang ditinggali bagai sampah yang bertebaran, bagai bangunan yang tak berguna.

Irwan menangis tiada henti sambil memanggil-manggil nama Sekar, mama, Davit dan Putri. Irwan segera bergegas mencari Sekar, mama dan kedua anaknya. Untuk menarik perhatian orang, Irwan pun menuliskan nama ibu, istri dan kedua anaknya pada sebuah kardus yang ia ikatkan di tubuhnya. Dirinya berjalan beberapa kilometer mendatangi posko bencana dan juga rumah sakit di sekitar wilayah setempat.

Keesokan paginya, Irwan dan tim sar menemukan jasad istri dan anaknya yang masih berumur 5 bulan. Sekar meninggal dalam keadaan memeluk Putri. Betapa hancurnya perasaan Irwan, air mata yang kemudian tak bisa dibendung lagi. Ia memeluk jasad istri dan anaknya. Seperti mimpi buruk. Satu minggu tidak bertemu, lalu dipertemukan dalam keadaan yang sangat mengenaskan.

Setelah selesai menguburkan istri dan anaknya, Irwan pun mendapat kabar lagi dari temanya bahwa Davit selamat. Ia di ajak  tetangganya dan langsung di bawa ke tempat pengungsian. Irwan langsung menuju tempat pengungsian. Sontak Ia pun memeluk Davit dengan erat. Dalam pelukan sang ayah, Davit tiba-tiba bertanya.

Davit : “Yah ibu sama dede bayi mana, kenapa kita terpisahkan ? Dari kemarin Davit ko bersama ibu itu ?” (sambil ia menunjuk ke arah si ibu yang menolongnya).

Sambil menahan rasa sesak  di dada dan berusaha untuk tetap kuat, Irwan pun menjawab pertanyaan dari Davit, anak ke-duanya.

Ayah : “Sayang.. ibu dan ade udah di surga, mereka sudah bahagia di sana, Davit jangan sedih lagi yah, ayah janji akan menjadi ayah sekaligus ibu buat Davit. Kita do’akan ibu sama ade saja, supaya mereka tenang dan tersenyum bahagia melihat Davit dan juga ayah yang masih di pertemukan dengan keadaan yang sehat” (sembari memeluk Davit dan mengelus kepalanya).

Davit : “Ayah.. apa Allah marah sama Davit, sampai-sampai Davit harus berpisah sama ibu dan ade, Davit juga sekarang tidak punya rumah lagi  (isak tangis Davit yang sangat kehilangan ibu dan adenya)

Ayah : “Tidak sayang, semua ini ujian dari Allah, karena semua ini adalah milik Allah dan pastinya akan kembali lagi kepada Allah. Kita sebagai hambanya harus ikhlas ya nak, Insya Allah ada hikmah dibalik semua ujian ini.” (sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi tembem Davit dan mencium keningnya).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *