Suri Tauladan Nabi Muhammad (1)

Oleh : Mahirotus Shofa

Muhammad merupakan Nabi terakhir bagi umat Muslim. Semasa hidupnya sampai dengan sekarang, beliau kerap menjadi panutan dalam segala hal, baik perbuatan atau perilakunya. Sebagaimana terkandung dalam firman Allah SWT:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّه گثِيْرًا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah [al-Ahzab/33:21].

Sunnatullah, itulah yang sering kita sebut ketika melakukan sesuatu yang telah dianjurkan oleh Nabi. Seperti puasa, sedekah, bahkan dengan sesuatu yang mengerikan, semacam memerangi orang kafir. Padahal, kalau kita pelajari kembali sejarah Nabi, peperangan yang dilakukan Nabi bersama para sahabatnya itu untuk pertahanan diri.

Sebagaimana dikisahkan dalam kitab fannutta’amul annabawi ma’a ghoiru muslimin, pada Pengajian Kamisan oleh KH. Husein Muhammad menjelaskan Nabi Muhammad SAW beserta 10.000 pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah, dan kemudian menguasai Mekkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikitpun. Dengan mudahnya Nabi membebaskan seluruh tokoh-tokoh musuh yang tidak berkeinginan masuk Islam, seolah-olah mereka hanya kawan biasa yang tak pernah memerangi Nabi dan sahabatnya. Diantara tokoh musuh itu ialah Abu Sufyan, Ikrimah bin Abi Jahl, Sofwan bin Umayyah, dan lain sebagainya.

Fathul Makkah

Sejak terjadi fathul makkah, label minoritas muslim telah menjadi mayoritas di Jazirah Arabiyyah. Karena pada saat itu, berbondong-bondong masyarakat Arab menyatakan keislamannya. Mereka yang dulu selalu menyembunyikan keislamannya, menjadi berani untuk menunjukkannya. Pun dengan meraka yang masih takut masuk Islam, menjadi tak gentar hatinya, karenatelah menyaksikan akan kemenangan yang diraih orang Muslim, mereka merasa aman. Tapi, hal itu justru menjadi bumerang bagi kaum musyrikin yang masih memusuhi Muhammad, mereka mencoba untuk berlindung disetiap tempat, menanti dengan kepasrahan akan balasan yang akan diterimanya. Namun, semua banyangan akan kehancuran itu seketika lenyap. Ketika dengan jelas mereka mendengar bahwa Nabi dengan mudahnyamemaafkan semua orang makkah, mengampuni dan melupakan setiap perbuatan-perbuatan yang telah diperbuat oleh orang musyrik terhadapnya dan juga pengikutnya. Tidak ada kemarahan dan juga balas dendam ketika itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *