LAM Ajak Mahasiswa Belajar Bersama Masyarakat

LPM LATAR, CIREBON – Lembaga Agrobisnis Mahasiswa (LAM) Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) adakan kegiatan belajar berternak bersama masyarakat, di Desa Cisaat, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon, Senin, (5/11).

Ketua LAM ISIF, Sukarna mengatakan, untuk penguatan kapasitas teman-teman LAM. Pada kali ini LAM belajar berternak langsung dengan petaninya. Karena, sejatinya ketika belajar pertanian, belajarlah langsung ke petaninya, begitupun dengan peternakan, belajarlah langsung ke petaninya.

“ketika belajar langsung kepada ahlinya, kita akan banyak mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang masih jarang ada di dunia akademik,” kata Sukarna.

Lebih lanjut lagi, Sukarna menuturkan, apa yang telah dilakukan teman-teman dengan belajar langsung bersama masyarakat sangat sejalan dengan visi ISIF, yang terdepan dalam riset dan transformasi sosial. Karena teman-teman nantinya akan kembali ke masyarakat. Maka dari itu, tidak boleh merendahkan masyarakat, apalagi menganggap masyarakat itu bodoh. Karena sejatinya masyarakat adalah guru yang  terbaik.

Oleh karena itu, “yang terpenting ketika kita bertani atau beternak adalah sebetulnya tanpa disadari kita juga sedang menjaga alam dan ekosistem di sekililing kita,” jelasnya.

Cirebon Kurang Pasokan Ikan Lele

LAM memfokuskan pembelajaran peternakan kali ini pada pembudidaya ikan Lele. Ikan Lele merupakan salah satu kebutuhan yang masih sangat diminati oleh pasar. Tetapi sayangnya kebutuhan ikan Lele di wilayah Cirebon masih mengalami kekurangan.

Salah satu petani ikan Lele, Johar mengatakan, pasokan ikan Lele untuk wilayah Cirebon masih mengalami kekurangan. Tidak jarang dari Cianjur dan Sukabumi mengirim ke Cirebon karena tidak adanya pasokan Lele di pasar.

“Sedikitnya peternak ikan Lele di wilayah Cirebon, menjadi indikator kenapa permintaan ikan Lele masih jarang dipenuhi,” ujar Johri.

Peternak ikan Lele yang sudah 5 tahun menjalankan usahanya itu mengaku, paling sedikitnya permintaan untuk ikan Lele perbulannya sampai 100 ribu ekor. Ada juga yang meminta 50 ribu ekor perminggunya. Dan kalau Ia sanggup ada permintaan dari Jakarta untuk ukuran pecel Lele, meminta 2 ton perharinya.

“Permintaan yang banyak ini, tidak jarang saya menolaknya karena barangnya juga tidak ada, dan teman-teman peternak ikan lain juga sama merasa keteteran,” ujarnya.

Hal ini diperparah, ketika petani ikan itu bercerita tentang orang-orang dinas perikanan, Johri menuturkan, ketika ada program dari pemerintah untuk memberi bantuan ikan kepada masyarakat, orang dinas perikanan sering datang ke para peternak untuk membeli benih, waktu itu orang-orang dinas membeli  900 ribu ekor tetapi dengan harga yang murah, sekitar 90 perak per-ekornya. Padahal harga dari pasaran 100-120 perak per-ekornya.

“Kalau ada butuhnya baru datang. Sedangkan kalau tidak ada, jarang sekali untuk ke sini. Seharusnya buatlah pelatihan untuk budidaya ikan lele agar bisa lebih maju lagi, dan ketika memberikan bantuan ikan kepada masyarakat seharusnya ikan yang diberikan adalah ikan asli hasil dari dinas perikanannya bukan membeli ke peternak, udah tau saya sedang kekurangan,” jelas Johri.

Bekerja dengan Hati

Selain itu, ia juga mengatakan menjadi peternak merupakan kebahagian tersendiri, karena kerjanya bisa dikatakan santai dan tidak terlalu berat.

“Menernak ikan itu kalau yang udah biasa akan mudah dan sangat menyenangkan. Tetapi kalau yang belum biasa atau yang baru mulai berternak lumayan susah karena ada beberapa tahap yang harus ditempuh,” katanya

Johri sendiri mengaku, dalam usaha ikan Lelenya, Ia hanya 1 kali berhasil dari 12 kali kegagalan yang pernah dialami olehnya. “ketika saya mengalami kegagalan, saya tidak mau berhenti. Justru kegagalan itu adalah pelajaran bagaimana saya bangkit lebih baik lagi,” tegasnya.

Johri berpesan kalau menjadi peternak ikan itu tidak usah khawatir ikannya tidak laku. Karena ikan itu amis, jadi kalau ditaroh di ujung manapun pasti kecium dan dicari. (Arul).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *