Nabi Memaafkan dan Melupakan (1)

Oleh : Fitri Nur’azizah

Perjalanan Nabi Muhmamad dalam berdakwah menyebarkan risalah Islam tidaklah mudah. Banyak orang yang menentang bahkan sampai melakukan berbagai macam ancaman kepada Nabi.

Salah seorang yang menentang dan tidak menerima ajaran Nabi ialah Suhail bin Amr. Dia adalah penduduk asli Makkah dan juga seorang petinggi Bani Amir di kalangan kaum Quraisy, seperti layaknya Abu Jahal dan Abu Sufyan.

Sebagai seorang pemimpin Suhail bin Amr tidak hanya dikenal sebagai orang yang pintar bernegosiasi, Ia juga dipercaya pada setiap pendapatnya. Dengan kemampuan yang dimilikinya, Suhail  menjadi orang yang  berpengaruh  di kalangan penduduk Makkah.

Dalam setiap  pidatonya  kerap kali Suhail menyampaikan beberapa kejelekan Nabi.  Sehingga tidak heran jika banyak orang yang termakan oleh hasudannya. Akibatnya banyak pengikut Nabi yang mendapatkan serangan.

Iman Yang Kokoh

Di dalam keluarganya, Suhail dikarunia tiga orang anak yaitu Abdullah, Sahlah dan Abu Jandal. Suhail merasa bangga ketika Ia memiliki dua anak laki-laki. Ia berambisi ingin mewariskan seluruh kemampuan kepada kedua anaknya, termasuk kemampuan dalam bernegosiasi. Dan Suhail pun selalu mengajak kedua anak laki-lakinya ketika ada pertemuan-pertemuan pembesar Quraisy.

Tetapi sayangnya semua yang telah Suhail ajarkan, dengan harapan dapat meneruskan perjuangannya, seketika hilang. Abdullah anak pertamanya justru menyatakan bahwa Ia telah masuk Islam. Dalam waktu itu juga Suhail langsung mengusir bahkan sampai tidak mau mengakui sebagai anaknya lagi.

Hal itu tidak membuat Abdullah takut dan kemudian memilih setia dengan agama Islam. Dengan sangat berani Dia mengatakan “ketahuilah ayah, aku lebih baik jadi lawan yang berani, terhormat dan berintegritas dari pada jadi pengikut yang pengecut”. Mendengar hal itu Suhail merasa ditantang oleh anaknya dan kebenciannya terhadap Islam semakin kuat.

Berbeda dengan Abdullah, Abu Jandal yang patuh terhadap ayahnya, dan masih menyembunyikan keislamannya. Ia juga yakin dengan tetap menghormati dan berbuat baik pada ayahnya, dengan harapan apa yang dilakukannya secara perlahan bisa meluluhkan hati ayahnya yang keras. Tetapi, apa yang telah dilakukan anaknya gagal, justru hal itu membuat ayahnya bersikap lebih keras dan lebih kejam. Suhail dan petinggi Quraisy merencanakan untuk menangkap kedua anaknya.

Rencana buruk itu terdengar oleh Abu Jandal, karena tidak rela saudaranya ditangkap akhirnya Ia menyatakan bahwa dirinya juga adalah seorang Muslim. Alhasil para petinggi Quraisy akhirnya menangkap dan memenjarakan ketiga anaknya.

Tidak cukup disitu, mereka juga diperlakukan sangat kejam oleh para petinggi Quraisy, disiksa dan dipaksa untuk keluar dari Islam. Namun, siksaan yang mereka terima tidak lantas membuat mereka takut, jutsru keimanan mereka semakin kokoh dan terus berharap agar ayahnya dapat menerima ajaran Rasulullah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *