Nabi Memaafkan dan Melupakan (2)

Kehebatan Nabi

Pada saat terjadinya Perang Badar, Suhail bin Amr dengan gagah berani memimpin pasukan  kafir Quraisy yang berjumlah seribu orang untuk menyerbu pasukan kaum muslimin yang pada waktu itu hanya berjumlah tiga ratus tiga belas orang.

Dengan penuh percaya diri, Suhail yakin bahwa pasukan yang dipimpin olehnya akan memenangkan peperangan, karena dari jumlah pasukan saja sudah sangat jauh berbeda,  belum lagi persenjataan yang mereka bawa lebih banyak.

Tetapi harapan dan kenyataan yang di harapkan Suhail pupus, setelah bertempur sekitar dua jam Perang Badar berhasil dimenangkan oleh kaum muslimin. Akhirnya Suhail bersama pasukannya mundur dari medan perang.

Seandainya saja pada saat itu Nabi dan para pengikutnya ingin membalas semua kajahatan-kejahatan mereka, maka waktu itu merupakan yang  tepat. Seperti yang diungkapkan oleh Umar bin Khatab, Ia mengatakan kepada Nabi  “wahai Rasul, biarkan saya mencabut gigi seri Suhail agar dia tidak dapat berpidato mencela dirimu lagi setelah ini.” Namun dengan penuh kerendahan hati dan kasih, Nabi menjawab “Wahai Umar, mudah-mudahan esok pendirian Suhail akan berubah menjadi seperti yang kamu sukai”.

Setelah Suhail bersama pasukannya mengalami kekelahan, justru Nabi tidak membiarkan mereka merasa tertekan, apalagi membiarkan mereka merasa kaum muslimin akan membunuhnya. Dengan keadaan seperti itu, Nabi mendekati mereka, kemudian Nabi memaafkan sekaligus memberikan jaminan keamanan kepada mereka.

Menanggapi sikap Nabi tersebut Suhail justru mengangap itu hanya strategi Nabi saja. Ia sama sekali tidak percaya pada perkataan Nabi. Hal ini membuat ingatannya dipenuhi dengan ketakutan. Suhail merasa bahwa Nabi dan pengikutnya akan segera mencarinya dan membunuhnya. Pikiran yang amat kacau dan rasa takut yang luar biasa, membuat Ia lari kerumahnya untuk  berlindung diri.

Dalam keadaan yang amat takut, Suhail Bin Amr akhirnya memanggil anaknya ‘Abdullah’. “wahai anakku, ayah minta tempat di samping kamu, atau rumah dekat Muhammad sehingga ayahmu ini akan mendapatkan jaminan kemanan darinya,” kata Suhail.

Mendengar hal tersbut Abdullah dengan senang hati langsung pergi ke rumah Nabi untuk  menyampaikan permintaan ayahnya tersebut.

Setelah Abdullah bertemu dengan Nabi, tanpa berpikir panjang dan penuh ketulusan Nabi mengatakan “ya, ayahmu aku bebaskan”. Selain itu, Nabi juga memerintahkan kepada pengikutnya untuk tidak mengejek atau memusuhi Suhail. Walau bagaimana pun Suhail adalah  seorang pemimpin cerdas dan terhormat, lebih baik ajaklah Dia untuk bergabung dan  minum bersama kita.

Setelah mendengar jawaban Nabi, Abdullah bergegas pulang dan menyampaikan kepada ayahnya apa yang dikatakan Nabi. Suhail merasa senang dengan berita yang dibawa anaknya, suasana berubah penuh keagungan dan membangkitkan kesadarannya sehingga Dia memutuskan untuk mendatangi Nabi dan menyatakan masuk Islam.

Nabi menyambutnya dengan penuh kasih sayang, Nabi menyatakan bahwa Ia telah memaafkan semua prilaku buruknya terdahulu dan Nabi sama sekali tidak mengungkit apa-apa yang terjadi di masa lalu.

Keislaman Suhail, bukanlah keislaman seorang laki-laki yang menderita karena kekalahan. Tetapi Dia terpikat dan terpesona dengan kebesaran Nabi Muhammad dan agama yang dibawanya. Setelah  memeluk Islam prilaku Suhail berbeda dari sebelumnya, dengan semua kelebihan dan keahliannya selama ini menambah kokoh keimannya. Bahkan Dia dikenal sebagai orang yang pemaaf, pemurah, rajin beribadah bahkan ketika membaca al-Qur’an Suhail sering menangis karena takut kepada Allah.

Selain terus berserah diri kepeda Allah, Suhail juga ikut serta dalam banyak medan pertempuran bersama kaum muslimin yang lain untuk memadamkan perapian yang disembah oleh orang-orang Persia dan juga membebaskan rakyat Persia yang dijadikan budak oleh kaisarnya.

Suhail terus berjuang untuk menghilangkan kezaliman bangsa Romawi sekaligus menyebarkan ajaran Islam kesetiap penjuru. Ia juga ikut serta dalam Perang Yarmuk, yang mana perang tersebut merupakan pertarungan yang sangat dahsyat dan paling sengit yang pernah mereka alami. Tidak hanya itu, Suhail berjanji di sisa hidupnya, Ia akan tetap  berjuang di medan perang untuk  membela agama Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *