Maulid Nabi; Buya Husein Tekankan Islam yang Rahmah

LPM LATAR, CIREBON – Peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW perlu dijadikan momentum positif untuk meneguhkan Islam sebagai agama yang memberi kerahmatan bagi semua umat manusia. Karena Islam disebarkan dan diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan cara – cara penuh kelembutan dan kasih sayang, bukan cacian dan makian.

Demikian disampaikan oleh KH. Husein Muhammad saat memperingati Maulid Nabi Muhammad. Peringatan maulid dan sekaligus hataman pengajian kamisan kitab “Fannutta’amul an Nabawi Ma’a Ghairil Muslimin” digelar di Auditorium Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, Kamis (15/11) siang. Dalam sambutannya Buya Husein sapaan akrabnya mengingatkan akan dari misi kenabian yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW.

Misi kenabian yang pertama adalah mengajak umat manusia untuk bertakwa kepada Allah, artinya kesalehan individual. “Misi kenabian yang kedua adalah membuktikan Islam adalah agama yang penuh kasih sayang (rahmatan lil alamin),” Kata Buya Husein.

Maulid Nabi juga harus dijadikan sebagai cara umat Islam untuk merealisasikan ucapan maupun tindakan Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-hari.  Menurut Buya Husein, banyak contoh yang patut diteladani dari Rasulullah, di antaranya dengan membuat orang di sekitar kita merasa nyaman, dan penuh kedamaian.

“Dengan hadirnya seorang Muslim seharus membuat orang di sekitarnya merasa nyaman baik dari ucapan maupun tindakannya,” katanya.

Pada hakikatnya setiap Muslim juga telah diajarkan untuk berbuat kebaikan, lebih lanjut Buya Husein mengatakan, misalnya dengan saling tolong menolong, tidak merendahkan, tidak mencaci maki, berbuat adil dan lain sebagainya. Ini dimaksudkan agar di dalam kehidupnya memiliki sikap kasih sayang kepada orang lain.  Tetapi “jika kehadiran seorang Muslim tetapi membuat orang lain tersakiti baik ucapannya maupun tindakanya maka sebetulnya dia bukan seorang Muslim,” ujarnya.

Selain itu, Buya Husein juga mengungkapkan, saat ini banyak sekali realiatas di kalangan masyarakat Islam di Indonesia, setiap diperhatikan citra Islamnya kurang menyenangkan. Sudah banyak sekali cacian, makian dan permusuhan sesama Muslim. Sehingga saat ini terjadilah phobia Islam.

“Phobia Islam artinya ketakutan dan kebencian terhadap agama Islam. Seakan-akan Islam itu agama yang keras kepada semua orang  termasuk sesama Islam sendiri,” jelasnya.

Dengan phobia Islam yang sedang berkembang di masyarakat Indonesia, akibat kecilnya siaran kebencian (hate speach) sudah menyebar di mana-mana. Yang mana itu dilakukan sesama  muslimin. Hal ini menegaskan agama Islam tidak ramah lagi terhadap kemanusiaan.

Oleh karena itu, untuk menanggulangi phobia Islam, Buya mengajak agar kita kembali kepada makna Islam itu sendiri. Dimana Islam merupakan agama yang memberikan kasih sayang, kelembutan, dan kedamaian kepada semua makhluk hidup. Buya juga mengajak agar kita memuliakan manusia, memberi penghormatan kepada seluruh umat manusia.

Ketua pelaksana dan penanggung jawab pengajian kamisan, Zainal Abidin mengatakan, memperingati Maulid Nabi adalah salah satu bukti cintai kita kepada Nabi Muhammad SAW. Lebih dari itu, “seharusnya kita tidak hanya sekedar memperingatinya saja, tetapi kita mampu untuk mengaplikasikan akhlak dan budi pekerti Nabi kepada seluruh umat manusia,” ujar Zainal.

Pengajian Kamisan

Sejak tahun 2016 pengajian kamisan pertama kali diadakan. Hal  itu berawal dari kegelisahan teman-teman Fahmina terutama Buya Husein saat melihat isu perempuan menjadi isu yang sangat populer yang dibicarakan dimana-mana. Perempuan masih banyak sekali mengalami terdiskriminasi oleh sistem kehidupan masyrakat. Atas dasar itu Fahmina sebagai lembaga yang konsen memperjuangkan pemenuhan hak-hak perempuan, maka dibentuklah pengajian kamisan.

Penanggung jawab pengajian kamisan itu mengatakan sudah ada 3 kitab yang kita kaji. kajian yang pertama adalah kajian tentang perempuan, dengan menggunakan kitab al mar ah baina syarikah wal hayah karangan Syekh al-Abas. Kitab ini menjelaskan tentang kehidupan perempuan dalam perannya di dunia publik ataupun domestik.

Kemudian kajian yang kedua adalah kitab takhrij wa taqliq uquduluzain. Dan yang terakhir  kitab Fannutta’amul an Nabawi Ma’a Ghairil Muslimin, merupakan kitab ke 3 yang selesai dikaji. “Kitab ini menjelaskan tentang akhlak dan perilaku Nabi ketika bergaul dengan orang-orang Muslim dan non-Muslim,” kata Zainal.

Dengan mengakaji kitab-kitab di atas, Zainal mengungkapkan, umat Muslim bisa mengetahui sumber-sumber keislaman yang ramah keberagaman, perempuan dan kemanusiaan. Tentu “kita berharap semoga pengajian kamisan ini membawa berkah dan mamfaat kepada kita semua,” tutup Zainal. (Arul).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *