Kuatnya Naluri Batin seorang Anak dan Ibu

Semilir angin menyapaku pagi hari, di mana senyumku seluas samudra aku tampakkan. Namaku Nayra Salsabila. Aku menempuh pendidikanku sembari memperdalam ilmu agama di lingkungan pondok pesantren.

Tepatnya hari Jumat, salah satu hari di mana semua santriwati diperbolehkan menjenguk putrinya untuk bertemu, melepas rindu, tiada lain diberi julukan Bestel Akbar.

Aku duduk termenung sembari melamun, bahagia menyertaiku. Namun bayanganku punah seketika, hatiku terenyuh tiba-tiba, firasatku sedikit aneh, namun aku tepis begitu saja.

Tiba-tiba dering telepon itu, tertuju untukku.      Tutt.. tutt.. tutt……

“Mbak Nay, mbak Nayraa.. (teriak kepengurusan staf) Ini ada telfon untukmu dari bundamu”. sembari menjulurkan handphone.

Dengan larinya secepat kilat Nayra menghampiri Mbak kepengurusan itu. Lalu ia menerima telepon panggilan dari bundanya.

” Assalamualaikum halo bunda.. ini bunda?” ujar Nayra dengan bahagia.

” Wassalamu’alaikum nak, iya ini bunda nak. … ” jawab Bunda

Uhukk… Uhukk… Uhukk..  suara batuk itu terdengar di telingaku, dengan sigap Nayra tanyakan kepada bunda.

“Bunda kenapa? Bunda sehat? “. tanya Nayra dengan gelisah.

“Bunda tidak apa-apa hanya sedikit demam dan batuk saja Nay.. ” jawab bunda.

Seketika hati Naira sakit mendengar sosok bundanya yang sedang tidak baik-baik saja. Lalu selepas itu Naira tidak kuat menahan air mata, setelah bunda berkata.

“Nay, ” lirih suara bunda

” Iya kenapa bunda?” tanya Nayra dengan memelas

” Besok bunda tidak bisa datang untuk menjenguk kamu, tapi bunda yakin kamu di sana baik-baik saja ya. Bunda cuma mau bilang jaga kesehatan ya. Bunda pasti bakal ngejenguk Naira, doain bunda ya semoga cepat sembuh, biar bisa jenguk kamu di pondok. Nay yang betah-betah ya disana.” ujar Bunda.

Suara  itu menuturkan kata seorang sosok ibu terhadap anaknya, ia tak rela anaknya sedih ketika seorang ibu tidak jadi untuk menemuinya pada Bestel Akbar itu.

Siapa yang tega melihat seorang ibu membiarkan anaknya menangis, di batas rindu, komunikasi pun terhalang jarak, jam, dan waktu.

Seketika air mata Nayra jatuh di pipi kala itu. Lalu dengan sebuah ketenangan, ia menjawab bunda.

“Iya bunda aku di sini baik-baik saja.. ” sembari menahan sesenggukan daerah tetap mengucapkan..

“Bunda yang sehat-sehat ya, di sini nay baik saja kok, banyak loh temen nya yang peduli sama Nay. Nay di sini betah Bun.. ” ujar nay menahan tangisan itu….

Lalu perbincangan itu dimatikan, karena waktu durasi menelfon sudah habis. Nay masih ingin berbincang dengan ibunya. Tapi apalah daya nay, nay harus bisa mematuhi peraturan pondok pesantren yang ia tempati.

Memang rasanya tidak bisa untuk berkata-kata, sakitnya menahan sesenggukan ketika menangis, sakitnya menahan tangisan dengan air yang terus mengalir di area pipi. Dan itu dirasakan oleh Nayra.

Naluri seorang batin Anak dan Ibu tidak bisa dipungkiri seperti magnet yang menyatu. Hatinya adalah sebuah hati bagi anaknya. Jika anaknya terluka seorang ibu pasti merasakan sakitnya, dan merasakan sakitnya. Sejauh apapun bentang jarak diantaranya, pastilah naluri ibu adalah istimewa bagi anaknya.

(Sumber Gambar: Pixabay)

Satu tanggapan untuk “Kuatnya Naluri Batin seorang Anak dan Ibu

  • Juni 27, 2024 pada 10:41 pm
    Permalink

    Masya Allah ceritanya sedihh, terharu campurrr😍ditunggu cerita² selanjutnya teh….semangatt

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *