Prof. Ronald Lukens-Bull Jelaskan Alasan Mengapa Tertarik Meneliti Islam di Jawa

LPM LATAR – Kampus Transformatif, Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, kembali mengadakan Monthly Islamic Studies Initiative (MISI) putaran 5 dengan tema Islam, Pendidikan, Dan Masyarakat Indonesia, di Ruang Konvergensi ISIF Majasem, pada Kamis, 4 Juli 2024.

MISI kali ini dihadiri oleh Prof. Ronald A. Lukens-Bull seorang Profesor Antropologi dan Studi Agama-agama University of North Florida, Jacksonville dan dimoderatori oleh Dosen Fakultas Tarbiyah ISIF Cirebon Hj. Rohmatul Fawaiz, M.Ag.

Dalam MISI kali ini, Prof Ronald memaparkan hasil penelitiannya dari pengamatan yang ia lakukan tentang penerapan agama Islam di Jawa selama kurang lebih 30 tahun.

Saat membuka kegiatan MISI, ia menceritakan bahwa saat pertama kali ke Indonesia Prof. Ronald tidak semata-mata untuk melakukan pengamatan, melainkan hanya iseng dan datang saja. Tidak ada tujuan lain dan dari sanalah ia mulai tertarik dengan Indonesia.

“Jadi pertama kali saya datang ya untuk iseng saja. Tapi sudah mau memutuskan S3 di Antropologi saya harus manentukan mau ke negara mana dan saya memilih Indonesia. Jadi pada saat itu memang rencara untuk semacam itu mengamati Indonesia dan ini mulainya pertama kali saya ke Indonesia usianya saya 20 tahun. Pengamatan dimulai pada tahun 1987. Tapi kalo saya bilang pengamatan yang resmi, saya baru mulai ke indonesia tahun 1991 dan mulai penelitian tahun 1992. Tapi pertama kali datang ke Indonesia jadi tertarik dengan Indonesia,” kata Prof. Ronald saat membuka kegiatan MISI.

Sebagai seorang Antropolog, tujuan ia bukan untuk meneliti Islam, melainkan meneliti bagaimana penerapan agama Islam oleh muslim sebagai pemeluknya.

“Saya tidak mengkaji Islam, saya meneliti ke-islaman, sebagai antropolog saya lebih tertarik dengan penerapan agama dibanding dengan agama itu sendiri,” ujar Prof. Ronald.

Alasan Prof. Ronald memilih Islam di Jawa sebagai tempat penelitiannya, karena masyarakat di Jawa memiliki berbagai tradisi yang memiliki nilai-nilai keislaman dan ketertarikannya pada pesantren.

“Iya kebetulan saja, dan juga pada waktu itu 90 an tertarik dengan pesantren yang ada dalam tulisan tentang Jawa dan Jawa Timur,” tegasnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang hasil pengamatannya bahwa Islam Indonesia khususnya di Jawa dianggap tidak begitu kental. Informasi ini berasal dari tulisan-tuisan Inggris yang diambil langsung dari penjajah.

Sebagai bukti penguatnya adalah banyak perempuan muslim Jawa, mereka tidak memakai hijab, bahkan di tahun 50- an dan 60-an para nyai pun tidak memakai hijab seperti sekarang. Boleh dikatakan pada saat itu, mereka hanya memakai jenis kerudung tapi kecil sekali kainnnya sehingga tidak menutupi rambut

Prof. Ronald menceritakan banyak hal yang ia temui di Indonesia kepada muslim yang tinggal di luar negeri. Karena keunikanya umat Islam di Indonesia bahkan sering dianggap bid’ah, syirik, dan khurafat.

“Kebanyakan hal yang ada di Indonesia kalau saya menceritakan itu kepada Muslim di luar Indonesia akan disebut bida’ah, syirik, dan khurafat. Jadi misalkan tahlilan, qunut, maulidan,” jelasnya.

Meskipun begitu, sebagai seorang antropolog ia tidak peduli mana yang benar dan salah. Karena tujuan kedatangannya ke Indonesia untuk melakukan pengamatan bagaimana muslim menerapkan ajaran agama Islam di sana bukan isi ajaran dari agama itu sendiri. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *