Telaga Ratapan

Berdiri tegak di tepi telaga yang sunyi
Aku meratapi raga ini
Raga yang diciptakan oleh tuhan
Tanpa adanya kekurangan

Mataku terbelalak oleh indahnya panorama
Sunyi sepi aku menyendiri
Mengagumi karya semesta yang memukau mataku
Bertafakur aku mengaguminya

Perlahan aku mulai lelah
Duduk aku di bawah pohon yang lapuk
Menatap aku ke barisan mega mendung
Gelap membalut nyeri yang aku rasa

Gundah gulana melanda namun aku termangu
Air mataku menetes diiringi tangisan semesta

Dan mentari yang tak lagi menyinar Sintesia meramu sendu dan pilu
Perlahan sirna ditelan senjakala

Terbentur aku oleh ranting yang gugur Jatuh diatas kepalaku
Membuat ragaku semakin tak berdaya
Menampik ranting yang terus jatuh menimpa ragaku

Aku terjatuh kedalam telaga yang gelap
Celaan dan hinaan terus menenggelamkanku
Jauh kedalam dasar yang gelap
Tak sedikitpun aku dapat melihat cahaya

Mataku terpejam tak sanggup aku melihat
Bayang-bayang akan celaan dan hinaan terngiang dalam ragaku
Menghantui setiap relung hatiku
Yang sepi dari cahaya keikhlasan

Sang hyang kersa ing raga
Nestapa raga ini tak terhingga
Butiran tangis sudah tak terkira
Menjatuhkan rasa syukur ke tanah yang hampa

Lelah aku menitih raga ini
Yang menderu rasa syukur atas rupa yang sempurna ini
Cipta karsa sang hyang widi yang indah
Namun sekilas tak begitu indah

Mataku terbelalak
Melangkah aku keluar dari telaga yang sunyi Bergerak aku menuju cahaya syukur Yang Menuntun langkahku kedalam kehangatan

Tangisan semesta mengiringi langkahku
Gelapnya mega dan rintik hujan Menemani diriku

Semua ini indah jika aku bangkit
Tanpa ada mega dan guntur
Ancala tak lagi kabur di pelupuk mata
Sinar mentari esok kembali akan aku rasa[]

Oleh: Inisial S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *